Halo teman-teman, pernahkah kalian mendengar tentang Kerajaan Kediri? Kerajaan yang terletak di Jawa Timur ini banyak menjadi perbincangan di kalangan sejarawan. Kerajaan Kediri pernah menjadi kekuasaan terbesar di Indonesia pada zaman dahulu. Nah, kali ini kita akan membahas tentang pengertian Kerajaan Kediri secara lebih detail. Yuk, simak baik-baik!
Sejarah Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri merupakan kerajaan hindu-buddha yang didirikan pada abad ke-11 oleh Raja Jayabaya. Kerajaan ini terletak di wilayah Jawa Timur, Indonesia dan berlangsung sekitar 1099 M -1222 M. Kediri merupakan salah satu prasasti tua yang populer diantara kerajaan-kerajaan tua yang ada di pulau Jawa. Meskipun sejarah Kerajaan Kediri agak tertutup, banyak peziarah yang masih berkunjung ke situs-situs peninggalannya, seperti Candi Kediri dan Candi Jawi.
Pada masa pemerintahan Raja Anusapati, anak dari Raja Jayabaya, Kerajaan Kediri mengalami pelemahan karena adanya pemberontakan dari Adwayaksa yang termasuk golongan Kerajaan Jenggala. Setelah Raja Anusapati tewas dibunuh oleh Adwayaksa, mengakibatkan terjadinya pergantian pada masa pemerintahan Raja Tohjaya yang berlangsung sekitar tahun 1135-1157. Meskipun demikian, kerajaan ini berhasil meraih kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Kameswara yang berhasil menaklukkan Kerajaan Kadiri dan Bali pada tahun 1200-an.
Dalam mengatur sistem pemerintahan, Kerajaan Kediri menganut sistem pemerintahan monarki dengan pemerintah diletakkan pada Raja / Rajanya. Namun pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, sistem pemerintahan yang digunakan adalah sistem federal dengan pemerintahan dibagi-bagi menjadi beberapa kerajaan kecil yang diberi otonomi dalam mengatur pemerintahannya. Hal ini dilakukan untuk menghindari kekuasaan sentral yang otoriter, dan memberikan kebebasan otonomi bagi para pemimpin daerah.
Dalam bidang kebudayaan, Kerajaan Kediri memiliki kekayaan yang sangat besar. Salah satu warisan budaya Kerajaan Kediri adalah Sastra Jawa Kuno, yaitu Kakawin Bharatayudha dan Kakawin Ramayana. Di dalam sastra ini, Raja Jayabaya dikenal sebagai tokoh yang menjadi inspirasi dalam pembuatan beberapa sajak dalam bahasa Jawa Kuno. Selain itu, Kediri juga dikenal dengan Candi Jawi, sebuah kompleks kuil Hindu yang merupakan peninggalan dari masa kejayaan Kerajaan Kediri.
Meskipun Kerajaan Kediri tidak berlangsung begitu lama, namun kerajaan ini masih menarik perhatian banyak sejarawan, arkeolog, dan pelancong yang tertarik menelusuri sejarah dan keindahan situs-situs peninggalan Kerajaan Kediri. Selain itu, Kerajaan Kediri juga dikenal sebagai salah satu bagian dari kekuatan besar di pulau Jawa pada masa itu. Oleh karena itu, menjaga dan memelihara warisan budaya dan sejarah Kerajaan Kediri menjadi tanggung jawab kita semua sebagai warga bangsa Indonesia.
Wilayah yang Dikuasai Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri adalah kerajaan Hindu-Buddha yang didirikan pada abad ke-11 oleh Raja Jayabaya. Kerajaan ini terletak di daerah Kediri, Provinsi Jawa Timur dan menjadi salah satu kerajaan terbesar di Indonesia pada masa lalu. Wilayah Kerajaan Kediri sangat luas dan mencakup wilayah seluruh wilayah Jawa Timur dan sebagian wilayah Jawa Tengah. Berikut ini adalah beberapa wilayah di bawah kekuasaan Kerajaan Kediri.
1. Wilayah Kediri
Wilayah Kediri adalah pusat kekuasaan Kerajaan Kediri. Wilayah ini sangat strategis karena letaknya yang berdekatan dengan sungai Brantas yang menjadi sumber mata air dan irigasi bagi masyarakat setempat. Di wilayah ini, Raja Jayabaya membangun benteng yang diberi nama Jaya Pura dan tempat peribadatan yang dikenal dengan nama Candi Penataran.
2. Wilayah Malang
Wilayah Malang sangat penting bagi Kerajaan Kediri karena letaknya yang dekat dengan pegunungan dan daerah-daerah penghasil rempah-rempah. Di wilayah ini terdapat banyak sungai yang menjadi sumber air dan irigasi bagi masyarakat setempat. Selain itu, wilayah Malang juga terkenal dengan kerajinan tangan yang berkualitas tinggi seperti batik, anyaman, dan ukiran kayu.
Kerajaan Kediri juga membangun beberapa bangunan penting di wilayah Malang seperti Candi Singosari dan Candi Jago. Keduanya merupakan candi Hindu-Buddha yang merupakan hasil karya seni dan peninggalan sejarah yang sangat berharga.
3. Wilayah Jombang
Wilayah Jombang juga menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri. Wilayah ini terkenal dengan banyaknya kawah dan gunung berapi yang ada di wilayahnya. Cuaca yang dingin dan lembab di wilayah ini sangat cocok untuk pertanian dan perkebunan. Inilah yang membuat wilayah Jombang menjadi wilayah penghasil beras, kopi, teh, dan sayuran.
Di wilayah Jombang juga terdapat beberapa peninggalan sejarah seperti Candi Brahu, Candi Kedung Pakis, dan Candi Canggu yang merupakan candi Hindu-Buddha yang memiliki arsitektur yang sangat indah.
4. Wilayah Tulungagung
Wilayah Tulungagung juga termasuk dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri. Wilayah ini terkenal dengan produksi kain ikat dan tenun. Kerajaan Kediri sendiri telah membangun pusat produksi kain di wilayah ini. Selain itu, wilayah Tulungagung juga terkenal dengan produk kerajinan tangan seperti gasing, wayang, dan ukiran kayu.
Di wilayah ini juga terdapat beberapa bangunan bersejarah seperti Candi Arjuna dan Candi Kimpulan yang merupakan candi Hindu-Buddha dengan arsitektur yang sangat megah dan indah.
5. Wilayah Blitar
Wilayah Blitar juga termasuk dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri. Selain dikenal sebagai pusat produksi beras, Blitar juga terkenal dengan kerajinan tangan seperti anyaman bambu, ukiran kayu, dan patung. Kerajaan Kediri sendiri telah membangun pusat produksi kerajinan tangan di wilayah ini.
Di wilayah Blitar juga terdapat beberapa candi Hindu-Buddha seperti Candi Selomangleng, Candi Penataran, dan Candi Nganjuk yang merupakan peninggalan sejarah dan seni yang sangat indah dan berharga.
Itulah beberapa wilayah yang dikuasai oleh Kerajaan Kediri pada zaman dulu. Wilayah-wilayah tersebut memiliki keunikan masing-masing dan memberikan kekayaan kultural bagi masyarakat setempat dan Indonesia secara keseluruhan. Sebagai generasi penerus, kita harus menjaga dan mempelajari dengan baik kekayaan sejarah dan seni yang terdapat di wilayah-wilayah tersebut agar tetap lestari dan bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Raja-Raja Besar Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di Jawa Timur pada abad ke-11 hingga abad ke-13. Kerajaan ini didirikan oleh Sri Jayabaya pada tahun 1042 Masehi dan terus berkembang dengan menaklukkan wilayah sekitarnya. Namun, pada akhirnya kerajaan ini runtuh akibat serangan dari kerajaan Singasari pada tahun 1222 Masehi. Meskipun berdiri kurang dari dua abad, Kerajaan Kediri sukses memperlihatkan keberhasilannya dalam menjalankan pemerintahan. Salah satu aspek yang membuat kerajaan ini begitu sukses adalah para raja-raja besarnya.
Berikut adalah tiga Raja-Raja Besar Kerajaan Kediri yang terkenal dengan peninggalan sejarahnya:
1. Mpu Sindok
Sindok merupakan seorang raja kesembilan dari Kerajaan Kediri. Ia memerintah pada abad ke-11 dan merupakan raja pertama yang meninggalkan prasasti berbahasa Jawa Kuno. Prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Kedukan Bukit tersebut ditulis pada tahun 1042 Masehi, tepatnya pada masa pemerintahan Sindok. Prasasti tersebut bisa menjadi salah satu bukti bahwa Kerajaan Kediri pernah mempunyai hubungan perdagangan dengan kerajaan Tiongkok.
Selain itu, Sindok dikenal sebagai raja yang membuka kemungkinan mengenai aturan pemerintahan untuk raja-raja berikutnya. Ia memperkenalkan konsep bahwa jabatan raja harus diturunkan ke putra tertua, namun bukan berarti putra tersebut otomatis menjadi raja tanpa pengalaman. Mereka harus mengikuti latihan militer dan ikut dalam pemerintahan sebelum ditunjuk menjadi raja.
2. Airlangga
Airlangga merupakan raja kedua belas Kerajaan Kediri yang memerintah dari tahun 1019 Masehi hingga 1042 Masehi. Ia merupakan raja yang sangat terkenal karena berhasil menyatukan kembali Kerajaan Jawa Timur yang terpecah belah menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Kediri dan Kerajaan Bali.
Tidak hanya diplomatis dalam hal bersatunya dua kerajaan tersebut, Airlangga juga terkenal karena berhasil memimpin pemerintahannya dengan baik. Ia membangun berbagai infrastruktur seperti tempat ibadah dan istana. Selain itu, ia juga diduga sebagai penulis dari sebuah naskah sastra kuno Jawa Timur yang bernama Kakawin Arjuna Wiwaha.
3. Ken Arok
Ken Arok adalah pendiri dari dinasti Rajasa, yang akhirnya mengganti dinasti Sanjaya yang berkuasa sebelumnya. Ia sering dianggap sebagai raja pertama dari Kerajaan Singasari, namun sebenarnya ia merupakan raja pertama dari Kerajaan Rajasa atau Kerajaan Tumapel sebelum berubah menjadi Kerajaan Singasari.
Ken Arok dikenal sebagai raja yang memiliki sifat ambisius dan berani. Ia membunuh Tunggul Ametung, raja terakhir dari dinasti Sanjaya yang berkuasa saat itu. Dalam perjalanannya, ia juga berhasil membunuh Mpu Gandring yang kerap membuatnya dirugikan. Tindakan berani dan ambisiusnya inilah yang membuat Ken Arok meraih simpati dari banyak orang, dan akhirnya menjadi seorang raja yang berhasil menjalankan pemerintahannya dengan baik.
Dari ketiga raja-raja besar Kerajaan Kediri tersebut, dapat dilihat bagaimana mereka memiliki karakter yang berbeda-beda namun tetap bisa menjalankan pemerintahan dengan baik. Kontribusi mereka untuk Kerajaan Kediri sangat penting dalam menjaga ketertiban dan kelangsungan hidup kerajaan tersebut.
Kehidupan Masyarakat pada Masa Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri adalah salah satu kerajaan besar di Indonesia yang berdiri sekitar abad ke-11. Kerajaan Kediri terkenal dengan kekuasaan militer dan memiliki banyak perang dengan kerajaan-kerajaan tetangga. Namun, tak hanya terkenal dengan kekuasaan militer, Kerajaan Kediri juga dikenal akan kebudayaannya. Dalam hal ini, kita akan membahas mengenai kehidupan masyarakat pada masa Kerajaan Kediri dalam beberapa subtopik.
1. Kehidupan Ekonomi
Pada masa Kerajaan Kediri, kehidupan ekonomi masyarakat didukung oleh pertanian dan perdagangan. Padi dan jagung merupakan hasil pertanian utama yang ditanam di daerah ini. Selain itu, masyarakat juga menghasilkan peternakan seperti sapi dan kambing untuk dijual di pasar lokal dan luar negeri.
Pada saat itu, Kerajaan Kediri memiliki pelabuhan yang ramai, seperti pelabuhan Tuban, yang menjadi pusat perdagangan. Barang yang diperdagangkan antara lain hasil bumi, kerajinan tangan, dan hasil laut seperti ikan dan garam.
2. Kehidupan Sosial Budaya
Pada masa Kerajaan Kediri, masyarakat sangat menghargai budaya dan memiliki pelbagai kegiatan budaya yang dilakukan dalam berbagai momen. Hal ini tercermin dalam keberadaan kompleks candi Bukit Tunggul, kompleks Pemandian Padusan, dan tradisi berdagang Senjata dari Tuban ke Kediri di sebuah upacara adat.
Masyarakat Kerajaan Kediri juga dikenal sangat religius. Mereka menganut agama Hindu-Buddha dan kerap mengadakan upacara keagamaan seperti upacara Ngaturang Hyang, Sradha, dan Nyepi.
3. Kehidupan Politik
Dalam hal politik, pada masa Kerajaan Kediri, raja memiliki kekuasaan yang sangat besar dan dianggap sebagai orang suci. Raja juga memiliki tentara yang kuat untuk melindungi kerajaannya dan sadar akan penting kekuasaan militernya. Bagi mereka, hanya dengan kekuasaan militer yang kuat, Kerajaan Kediri dapat tetap bertahan dari serbuan musuh-musuhnya.
4. Kehidupan Pendidikan
Di Kerajaan Kediri, pendidikan dianggap penting dan diatur oleh pemerintah. Hal ini tercermin dalam ditemukannya beberapa prasasti yang mencatat tentang pendidikan. Namun, pendidikan pada masa itu masih terbatas dan hanya diperuntukkan bagi kalangan kerajaan dan para bangsawan.
Para pemimpin Kerajaan Kediri sangat menyadari pentingnya pendidikan sehingga tiap tahun diadakan Upacara Khadat Pradnyan, yaitu Upacara Pendidikan. Upacara ini diadakan di Halaman Mahkota untuk memberikan penghargaan kepada orang-orang yang berprestasi di bidang pendidikan.
Bahkan pada masa itu, Kerajaan Kediri dianggap sebagai pusat penyebaran ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari pendirian sekolah-sekolah yang banyak dan berkualitas baik. Mereka memiliki guru-guru yang terkenal dengan pengetahuan mereka, dan mengajarkan pelbagai jenis ilmu seperti seni sastra, arsitektur, dan bahasa.
Itulah suatu gambaran dari kehidupan masyarakat pada masa Kerajaan Kediri. Dalam hal ekonomi dan budaya, Kerajaan Kediri dianggap sebagai tempat yang berkembang dengan baik, namun dalam hal pendidikan masih ada batasan dalam pendidikan yang hanya diperuntukkan bagi kalangan kerajaan dan para bangsawan. Meski memiliki beberapa kekurangan, Kerajaan Kediri dapat tetap dikenang sebagai tempat dengan sejarah yang kaya dan warisan budaya yang indah.
Runtuhnya Kerajaan Kediri dan Sebab-sebabnya
Pada tahun 1045, Kerajaan Kediri bangkit di pulau Jawa sebagai kerajaan Hindu terakhir di Hindia Timur. Selama 100 tahun, kerajaan ini berjaya sebagai pusat kebudayaan dengan kerajaan-kerajaan dan negara-negara tetangga sebagai pembayar upeti. Namun, pada akhir abad ke-12, Kerajaan Kediri mengalami perpecahan dan kekacauan yang menyebabkan runtuhnya kerajaan.
Ada beberapa sebab yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Kediri, antara lain:
1. Persaingan kekuasaan antara raja dan bangsawan
Sejak masa pemerintahan Raja Jayabaya, Kerajaan Kediri telah mengalami persaingan antara raja dan bangsawan. Persaingan ini semakin sengit pada masa pemerintahan Raja Kertajaya yang terkenal dengan sifatnya yang otoriter dan ambisius. Raja Kertajaya mendominasi keputusan politik dan mengabaikan kepentingan bangsawan. Hal ini menyebabkan kebangkitan tanah Jawa dan perpecahan kerajaan Kediri.
2. Pemberontakan rakyat
Salah satu penyebab utama runtuhnya Kerajaan Kediri adalah pemberontakan rakyat. Rakyat tidak puas dengan pemerintahan yang semakin otoriter dan korup, sehingga mereka bangkit membentuk gerakan pemberontakan. Salah satu gerakan pemberontakan yang terkenal adalah gerakan Singhasari yang dipimpin oleh Ken Arok.
3. Serangan dari luar
Serangan dari luar juga menjadi penyebab runtuhnya Kerajaan Kediri. Pada tahun 1191, pasukan Mongol menyerang Kerajaan Kediri dan menaklukan beberapa kota penting. Dalam serangan ini, raja Kertajaya dan keluarganya dibunuh oleh pasukan Mongol.
4. Konflik antar agama
Konflik antar agama juga menjadi penyebab utama runtuhnya Kerajaan Kediri. Kedatangan agama Islam dan pengaruhnya semakin kuat di Jawa, menyebabkan perpecahan di antara bangsa Jawa dan kehilangan kekuasaan Hindu. Hakim yang memerintah di daerah Jawa Timur menjadi semakin ekstrim dalam kepercayaan mereka sehingga menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.
5. Kehilangan identitas
Kehilangan identitas juga menjadi sebab runtuhnya Kerajaan Kediri. Kerajaan Kediri kehilangan identitasnya sebagai pusat kebudayaan pada masa pemerintahan Raja Kertajaya. Raja Kertajaya terobsesi dengan pengakuan kekuasaannya oleh raja-raja tetangga, sehingga melupakan kekayaan kebudayaan yang menjadi ciri khas kerajaan Kediri. Kehilangan identitas dan keindahan kebudayaan ini menyebabkan kebangkitan kerajaan-kerajaan baru di Jawa.
Dalam kesimpulan, runtuhnya Kerajaan Kediri disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain persaingan kekuasaan, pemberontakan rakyat, serangan dari luar, konflik antar agama, dan kehilangan identitas. Meskipun mengalami kepunahan, kerajaan Kediri menjadi sumber inspirasi bagi generasi selanjutnya dan menjadi saksi sejarah tinggalan kebudayaan di Indonesia.
Sekian penjelasan mengenai Kerajaan Kediri yang merupakan salah satu kerajaan besar di Indonesia pada masa lampau. Meskipun telah lama berlalu, namun masih banyak peninggalan dan sejarah yang bisa dipelajari dari kerajaan yang satu ini. Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita semua. Terima kasih telah membaca.