Ikan lele, ikan perairan tawar yang udah nggak asing lagi di telinga kita. Siapa coba yang gak tau ikan yang satu ini? Dari warung pecel lele pinggir jalan sampai restoran fancy, ikan lele selalu jadi andalan menu favorit banyak orang.
Tapi tahukah kamu? Di balik kelezatan ikan berkumis ini, ada berbagai jenis lele yang ternyata punya keunikan dan keunggulan masing-masing. Budidaya ikan lele juga jadi peluang usaha yang buat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Nggak cuma gampang dipelihara, ikan lele juga punya daya tahan tinggi dan permintaan pasar yang nggak pernah sepi.
Pada kesempatan kali ini, admin ingin membahas jenis-jenis ikan lele budidaya. Siapa tau diantara kalian ada yang ingin mencoba membudidayakan ikan lele, tapi gak tau lele jenis apa.
Mengenal Ikan Lele (Clarias Sp.)
Tau nggak kenapa ikan lele itu jadi ikan yang paling umum dibudidayakan? Salah satu alasannya adalah lele punya pertumbuhan yang pesat, tahan banting terhadap penyakit, dan gampang beradaptasi, bahkan di lingkungan dengan kepadatan tinggi atau air yang minim.
Nggak heran deh, banyak peternak yang menjadikan lele sebagai hewan ternak utama mereka.
Lele juga bisa hidup di berbagai jenis perairan, mulai dari air tawar sampai air payau. Di Indonesia sendiri, ikan ini udah lama dibudidayakan banyak kalangan, terutama karena perawatannya yang gampang dan bisa hidup di berbagai jenis kolam, mulai dari kolam tanah, kolam terpal, sampai kolam beton.
Secara alami, lele lebih aktif di malam hari alias punya sifat nocturnal. Kalau di alam liar, mereka biasanya ada di tempat yang airnya tenang, kayak rawa, danau, atau bagian sungai yang terlindung.
Mereka juga suka bikin lubang di tanah guna berlindung, terutama di area yang teduh. Jadi, jangan heran kalau nemu lele di tempat-tempat semacam itu.
Uniknya lagi, lele ini bisa bertahan di kondisi air minim oksigen. Jadi nggak heran kalau banyak peternak pemula yang memilih lele sebagai ikan pertama untuk dibudidayakan.
Selain itu, siklus pertumbuhan/growth rate ikan lele juga relatif cepat. Dalam hitungan beberapa bulan saja, ikan ini udah bisa dipanen dan dijual.
Ikan lele termasuk ikan karnivora, yang di habitat aslinya memakan cacing, larva serangga, kutu air, dan siput kecil. Tapi, lele juga bisa jadi predator bagi kawanan mereka sendiri alias kanibal.
Biasanya, ini terjadi kalau makanan kurang atau ada perbedaan ukuran di antara mereka. Lele yang lebih besar bakal memangsa lele yang lebih kecil.
Guna menghindari perilaku kanibal ini, peternak biasanya memastikan suplai makanan selalu cukup dan memisahkan lele berdasarkan ukuran. Kalau nggak, ya bisa aja tiba-tiba lele kamu berkurang terus.
Soal berkembang biak, lele itu termasuk ikan yang bertelur. Uniknya, telur mereka dibuahi di luar tubuh alias fertilisasi eksternal.
Biasanya, lele mulai aktif kawin di awal musim hujan, saat air melimpah dan kualitasnya lebih baik. Tapi, ada juga yang terus memijah sepanjang musim hujan, tergantung kondisi lingkungannya.
Satu hal menarik, lele punya sensitivitas tinggi terhadap bau tanah basah. Tanah kering yang baru terkena hujan akan mengeluarkan aroma khas yang ternyata bisa merangsang mereka untuk kawin.
Jadi, nggak heran kalau musim hujan jadi momen panen telur lele di alam liar.
Dari sisi ekonomi, lele punya nilai lebih karena harga jualnya stabil dan permintaannya tinggi. Di pasar tradisional sampai supermarket besar, ikan lele selalu punya tempat.
Ditambah lagi, kandungan proteinnya yang tinggi bikin lele jadi sumber makanan yang sehat dan bergizi. Oh iya, buat yang belum tahu, ada banyak jenis lele yang bisa dibudidayakan, dan masing-masing punya karakteristik serta keunggulannya sendiri.
Jadi, kamu bisa pilih jenis mana yang paling cocok buat kondisi kolam dan target pasar kamu.
Jenis-jenis Ikan Lele Budidaya
1. Ikan Lele Lokal
Ngomongin lele, pastinya kita tau lele lokal, lele lokal dengan nama ilmiah Clarias Batrachus, udah lama dikenal masyarakat sebagai ikan konsumsi. Sebelum lele dumbo masuk, para peternak di tanah air udah lebih dulu membudidayakan jenis lele ini.
Meski sekarang banyak petani yang memilih jenis lele lain dengan alasan.
Alasannya lebih ke faktor ekonomis, lele lokal memiliki Food Conversion Ratio (FCR) yang tinggi. Yang artinya jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kilogram daging jauh lebih banyak dibandingkan jenis lele lain.
Bayangkan, butuh lebih dari 1 kilogram pakan cuma buat nambah 1 kilogram berat badan ikan. Ditambah lagi, pertumbuhan lele lokal itu lambat banget.
Lele lokal umur setahun aja ukurannya masih kalah besar sama lele dumbo umur 2 bulan.
Tapi, lele ini punya beragam jenis seperti lele hitam, lele putih (atau belang putih), dan lele merah. Di antara ketiganya, lele hitam paling sering dibudidayakan untuk konsumsi.
Sedangkan lele putih dan merah lebih banyak dijadikan ikan hias karena warna dan coraknya yang unik.
Ada satu hal yang harus kamu waspadai kalau lagi nangkep lele lokal. Lele ini punya patil yang tajam dan berbisa, terutama saat mereka masih muda.
Kalau kena patilnya, efeknya bisa bikin bengkak, bahkan demam. Racunnya berfungsi buat melumpuhkan mangsanya di alam liar, jadi ya hati-hati kalau berinteraksi sama lele lokal.
2. Ikan Lele Dumbo
Lele dumbo pertama kali mendarat di Indonesia pada tahun 1985, diimpor langsung dari Taiwan. Para peternak seneng banget sama lele dumbo karena keunggulannya, pertumbuhannya cepat dan ukurannya bongsor.
Buat gambaran aja, lele dumbo umur 2 bulan itu bisa dua kali lipat lebih besar dibanding lele lokal umur setahun.
Lalu, dari mana sih asal lele dumbo ini? Menurut beberapa sumber, ikan ini adalah hasil persilangan antara Clarias Fuscus dari Taiwan dan Clarias Mosambicus dari Afrika.
Tapi, ada juga yang bilang kalau lele dumbo lebih mirip sama gen Clarias Gariepinus, ikan lele dari Kenya. Mana yang bener? Well, mungkin perlu penelitian lebih lanjut buat memastikan asal-usulnya.
Secara fisik, lele dumbo punya warna hitam kehijauan. Kalau mereka stres atau terkejut, kulitnya bisa berubah jadi bercak-bercak hitam dan putih, sebelum akhirnya kembali ke warna semula.
Patilnya sih masih ada kayak lele lokal, tapi tenang aja, lele dumbo nggak berbisa. Plus, mereka juga nggak punya kebiasaan bikin lubang di kolam, jadi aman kalau dipelihara di kolam tanah.
Dari sisi produktivitas, lele dumbo jelas lebih unggul dibanding lele lokal. Mereka tahan terhadap penyakit dan lebih gampang dirawat.
Tapi, soal rasa, ada sedikit perdebatan nih. Banyak yang bilang kalau daging lele lokal lebih enak karena teksturnya lebih padat, sedangkan daging lele dumbo cenderung lebih lembek.
3. Ikan Lele Sangkuriang
Lele sangkuriang resmi diperkenalkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan pada tahun 2004, setelah penelitian panjang yang dilakukan oleh BBPAT Sukabumi sejak 2002. Namanya yang unik diambil dari legenda Sangkuriang, yang konon menikahi ibunya sendiri.
Lho kok bisa? Jadi gini, lele sangkuriang adalah hasil perkawinan balik antara indukan jantan F6 dan indukan betina F2 dari lele dumbo generasi awal.
Lele sangkuriang dikembangkan guna memperbaiki kualitas lele dumbo yang mulai menurun akibat kesalahan dalam proses pembenihan. Hasilnya? Sifat-sifat unggul lele dumbo berhasil di-reload.
Misalnya, kemampuan bertelur yang luar biasa, bisa mencapai 40.000-60.000 butir sekali pemijahan. Bandingkan sama lele lokal yang cuma mampu bertelur 1.000-4.000 butir.
Selain itu, lele ini juga lebih tahan penyakit, bisa hidup di air minim, dan punya kualitas daging yang lebih baik.
Tapi ada kekurangannya juga, lele sangkuriang nggak bisa dibenihkan lagi dari indukan sangkuriang. Kalau dipaksakan, kualitasnya bakal turun.
Jadi, pembenihan harus dilakukan dengan teknik persilangan balik seperti awalnya.
Belakangan ini, muncul varian baru, yaitu lele sangkuriang II. Varian ini adalah hasil persilangan antara jantan sangkuriang F6 dan betina lele Afrika yang ukurannya bisa mencapai 7 kilogram.
Kabar baiknya, lele sangkuriang II punya pertumbuhan 10% lebih cepat dibanding pendahulunya. Tapi, jenis ini masih dalam tahap uji coba di beberapa daerah di Indonesia, jadi belum dilepas secara bebas.
4. Ikan Lele Phyton
Kalau lele-lele sebelumnya dikembangkan oleh lembaga penelitian, lele phyton beda cerita. Jenis ini ditemukan oleh para peternak lele di Kabupaten Pandeglang, Banten, pada tahun 2004.
Hasil dari persilangan lele eks Thailand F2 dan lele lokal, lele phyton lahir dari metode trial and error para peternak selama dua tahun. Tujuannya adalah menciptakan lele yang cocok dibudidayakan di daerah beriklim dingin, seperti Desa Banyumundu.
Lele phyton memiliki tingkat ketahanan hidup tinggi, lebih dari 90%, dan FCR-nya mencapai 1. Artinya, satu kilogram pakan bisa langsung dikonversi jadi satu kilogram daging dalam waktu 50 hari pemeliharaan.
Selain itu, lele phyton juga tahan cuaca dingin dan punya daging yang lebih padat dan gurih, mirip dengan lele lokal.
Ciri khasnya ada pada bentuk kepala yang menyerupai ular phyton, sesuai dengan namanya. Gerakannya juga lebih lincah dibanding lele dumbo.
Nggak heran, lele phyton mulai banyak diminati para peternak sebagai alternatif budidaya.
Penutup
Jadi gimana, udah makin paham kan soal ikan lele? Yang jelas, budidaya lele itu nggak cuma soal hasil panen, tapi juga soal bagaimana kita bisa memanfaatkan potensi alam dan teknologi untuk menciptakan usaha yang berkelanjutan.
Bagi teman-teman yang masih pemula atau bahkan baru tertarik, jangan ragu untuk mulai belajar dan mencoba ya. Dengan perawatan yang tepat, kamu bisa kok merasakan manfaat dari budidaya ikan lele, baik itu buat konsumsi sendiri, bisnis, atau bahkan membantu ketahanan pangan di lingkungan sekitar.