Pastinya kamu udah nggak asing lagi dengan yang namanya ikan patin kan? Ikan yang satu ini gak cuma terkenal enak buat dimasak, tapi juga punya nilai ekonomi yang tinggi lho. Makanya, nggak heran kalau banyak orang mulai tertarik untuk membudidayakan ikan patin ini.
Jika kamu berencana budidaya ikan patin, tapi masih bingung bagaimana cara pemijahannya. Tenang saja, kali ini admin akan membahas cara budidaya ikan patin.
Dari pembenihan atau pemijahan, jadi simak terus caranya dibawah ya..
Mengenal Ikan Patin
Ikan patin, atau dalam istilah ilmiahnya dikenal sebagai Pangasius, adalah ikan air tawar yang berasal dari Asia Tenggara. Di Indonesia, ikan ini cukup populer karena pertumbuhannya yang cepat dan relatif mudah dipelihara.
Selain itu, dagingnya yang lembut dan gurih juga menjadi favorit banyak orang untuk dijadikan berbagai olahan masakan. Kalau kamu pernah makan pindang patin atau gulai patin, pasti tahu gimana lezatnya ikan ini!
Selain enak, ikan patin juga punya harga jual yang cukup tinggi. Bisa jadi peluang besar buat kamu yang pengen terjun ke dunia budidaya ikan. Tapi, seperti halnya usaha lain, budidaya ikan patin nggak bisa sembarangan.
Ada banyak hal yang perlu diperhatikan, terutama dalam proses pembenihan atau pemijahan. Proses ini merupakan awal dari semua siklus budidaya, jadi harus dilakukan dengan baik agar hasil yang didapat juga maksimal.
Cara Pembenihan/Pemijahan Ikan Patin
Proses pembenihan ikan patin ada langkah-langkah khusus yang harus diperhatikan. Berikut langkah-langkah dalam pembenihan ikan patin..
Pemilihan Indukan Ikan Patin
Tahap pertama yang harus diperhatikan dalam pembenihan ikan patin adalah pemilihan indukan. Kamu nggak bisa asal pilih indukan, karena indukan yang baik akan menghasilkan benih yang baik pula.
Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih indukan ikan patin, diantaranya..
1. Umur dan Bobot Indukan
Untuk indukan betina, pilihlah yang berumur sekitar 3 tahun dengan berat badan antara 1,2 kg hingga 2 kg. Sementara untuk indukan jantan, idealnya berumur 2 tahun dengan berat badan yang kurang lebih sama.
Kenapa umur dan berat penting? Karena ikan yang sudah cukup umur biasanya sudah matang secara reproduksi dan siap untuk proses pemijahan.
2. Cara Visual
Setelah memilih indukan berdasarkan umur dan bobot, kamu bisa mengecek kematangan gonad (sel telur atau sperma) ikan secara visual. Caranya, tangkap indukan betina dan perhatikan besar kecilnya perut.
Perut yang membesar biasanya menunjukkan bahwa ikan sudah siap untuk kawin. Selain itu, perhatikan juga warna kulit di sekitar genital. Jika warnanya kemerahan, itu tanda bahwa telur sudah matang dan siap untuk dipijahkan.
3. Cara Menggunakan Alat Bantu
Selain cara visual, ada juga cara yang lebih presisi yaitu dengan menggunakan alat bantu seperti selang kanulasi atau kateter. Alat ini digunakan untuk mengambil sampel telur dari indukan betina.
Caranya, masukkan selang ke dalam saluran telur dengan perlahan, kemudian ambil sedikit sampel telur dan ukur menggunakan mikroskop atau kertas milimeter. Telur yang sudah matang biasanya memiliki diameter sekitar 0,9 mm.
Untuk jantan, kamu bisa mengetahuinya dengan cara mengurut perutnya ke arah anus. Jika keluar cairan putih (sperma), itu artinya ikan jantan sudah siap kawin.
Cara Pemijahan Ikan Patin
Setelah indukan siap, langkah selanjutnya adalah proses pemijahan. Proses ini bisa dibilang cukup teknis, karena melibatkan penyuntikan hormon untuk merangsang pemijahan.
Biasanya, indukan akan disuntik dengan ekstrak kelenjar hipofisa. Tujuannya adalah untuk mempercepat proses pematangan gonad, sehingga indukan bisa segera bertelur.
Setelah penyuntikan, indukan ikan patin akan ditempatkan di kolam khusus. Sekitar 8-12 jam setelah penyuntikan, indukan betina akan diambil dan siap untuk diambil telurnya.
Proses pengambilan telur ini disebut dengan stripping. Caranya, perut ikan diurut dari arah dada ke belakang hingga telur keluar. Telur yang sudah keluar kemudian dicampur dengan sperma dari indukan jantan, lalu diaduk perlahan selama 30 detik.
Setelah telur dan sperma tercampur, langkah selanjutnya adalah mencuci telur dengan air bersih untuk menghilangkan sisa sperma dan minyak yang mungkin menempel di telur. Telur yang sudah dibersihkan ini kemudian siap untuk ditetaskan.
Penetasan Telur Ikan Patin
Pertama-tama, kamu harus menyiapkan kolam penetasan yang kondisinya bersih dan steril. Untuk menjaga kebersihan ini, kamu bisa memasang kain hapa, yaitu kain khusus yang berfungsi sebagai filter agar kotoran atau benda-benda asing nggak masuk ke dalam kolam.
Kain hapa ini juga bisa membantu menyaring air yang mengalir sehingga telur tetap terjaga kebersihannya.
Nah, setelah itu, isi kolam dengan air bersih. Air yang digunakan sebaiknya sudah diaerasi terlebih dahulu agar kadar oksigennya cukup tinggi untuk mendukung proses penetasan telur.
Oksigen ini penting, kalau oksigennya kurang, bisa-bisa telur gagal menetas atau malah larva yang menetas nggak bisa bertahan hidup lama.
Selain itu, untuk mencegah timbulnya jamur yang bisa merusak telur, kamu juga perlu menambahkan larutan penghambat jamur ke dalam air kolam. Jamur ini sering banget muncul di lingkungan yang lembap dan bisa membuat telur ikan patin jadi busuk.
Dengan larutan ini, perkembangan jamur bisa ditekan, sehingga telur bisa menetas dengan baik.
Setelah kolam siap, sekarang waktunya menyebar telur secara merata ke dalam kolam. Caranya gampang kok, cukup gunakan bulu ayam untuk menebar telur-telur tersebut.
Tapi ingat, penyebaran telur ini harus dilakukan dengan hati-hati supaya nggak menumpuk. Kalau telur-telur ini menumpuk di satu tempat, ada risiko sebagian telur nggak dapat cukup oksigen dan akhirnya busuk sebelum sempat menetas.
Proses penetasan ini biasanya memakan waktu beberapa hari, jadi pastikan kamu terus memantau kondisi kolam, baik dari segi kebersihan maupun kadar oksigen di dalamnya. Jangan lupa, aerator yang dipasang di kolam harus tetap menyala untuk memastikan suplai oksigen tetap stabil.
Cara Pemeliharaan Larva Ikan Patin
Saat larva baru menetas, mereka biasanya masih membawa cadangan makanan alami, yaitu kuning telur dari dalam tubuhnya. Jadi, pada hari pertama, kamu nggak perlu langsung memberi pakan tambahan.
Biarkan mereka memanfaatkan cadangan kuning telur ini sebagai sumber nutrisi.
Tapi mulai hari kedua dan ketiga, kamu bisa memberikan pakan tambahan berupa emulsi kuning telur ayam rebus. Cara membuat emulsi ini gampang, tinggal rebus telur ayam, lalu kuning telurnya dihancurkan dan dicampur dengan air hingga menjadi larutan yang halus.
Larutan ini bisa diberikan sebagai pakan pertama bagi larva karena teksturnya yang lembut dan mudah dicerna oleh mereka.
Setelah larva mulai tumbuh lebih besar, sekitar usia 4-5 hari, kamu bisa mulai memberikan pakan alami lain seperti kutu air atau jentik nyamuk. Pakan alami ini kaya akan protein yang diperlukan larva untuk pertumbuhan yang cepat.
Selain itu, kutu air dan jentik nyamuk juga mudah ditemukan dan bisa dibudidayakan sendiri dengan biaya yang relatif murah.
Kamu juga perlu memperhatikan kepadatan penebaran larva di akuarium atau kolam tempat mereka dipelihara. Idealnya, dalam setiap akuarium yang berisi air sumur bor yang sudah diaerasi, kamu bisa menebar sekitar 500 ekor larva.
Jangan terlalu padat, karena bisa mengurangi ketersediaan oksigen dan memicu stres pada larva, yang bisa berakibat fatal.
Pemeliharaan larva di akuarium atau kolam ini biasanya berlangsung selama sekitar 15 hari. Setelah itu, ketika larva sudah berumur 17-18 hari, mereka bisa dipindahkan ke kolam pendederan yang lebih besar dan luas.
Di kolam ini, mereka akan mendapatkan ruang yang cukup untuk tumbuh lebih besar sebelum akhirnya siap untuk dipindahkan ke kolam pembesaran.
Penutup
Mungkin sampai disini apa yang bisa admin sampaikan dari pembenihan dan pemeliharaan larva, ikan patin. Kalau kamu telaten dan mengikuti langkah-langkah yang sudah dijelaskan di atas, hasilnya pasti memuaskan.
Proses dari pemilihan indukan, pemijahan, penetasan telur, hingga pemeliharaan larva memang memerlukan ketelitian dan kesabaran ekstra, tapi usaha ini akan sepadan dengan hasilnya nanti.