Belut, sering kali dianggap sebagai salah satu hewan yang tidak biasa. Namun, di balik penampilannya yang unik, belut adalah sumber daya yang berharga dan berpotensi menguntungkan.
Proses pemijahan belut merupakan tahap kunci dalam pembenihan belut. Ada dua pendekatan utama yang umum digunakan dalam pemijahan belut: di kolam tanpa lumpur dan di kolam dengan lumpur.
Pemijahan belut di kolam tanpa lumpur seringkali menjadi pilihan bagi para peternak yang mengutamakan kebersihan dan kontrol lingkungan yang lebih baik. Kolam tanpa lumpur biasanya dilengkapi dengan sistem sirkulasi air yang baik untuk menjaga kualitas air tetap optimal.
Di sisi lain, pemijahan belut di kolam dengan lumpur memiliki keunggulan tersendiri. Lumpur memberikan kondisi yang mirip dengan habitat alami belut, menciptakan lingkungan yang lebih sesuai untuk proses pemijahan dan perkembangan larva.
Cara Pemijahan Belut di Kolam Tanpa Lumpur dan Dengan Lumpur
Penentuan Lokasi
Lokasi untuk budidaya belut, baik itu untuk pembenihan maupun pembesaran, hampir serupa. Namun, untuk pembenihan, parameter lingkungan yang mendukung kehidupan belut harus lebih diperhatikan.
Hal ini dikarenakan benih belut lebih rentan dibandingkan dengan belut dewasa. Meskipun belut memiliki toleransi habitat yang luas, namun faktor lokasi budidaya dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kesuksesan usaha budidaya, terutama pada kegiatan pembenihan.
Faktor Teknis
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi budidaya belut yang berkaitan dengan faktor teknis, di antaranya:
- Ketinggian Lokasi:
Belut pada dasarnya dapat hidup di berbagai ketinggian, selama media pemeliharannya memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, ketinggian lokasi tidak menjadi kendala utama, karena belut dapat dibudidayakan dengan baik pada ketinggian 200-1.100 meter di atas permukaan laut. - Sumber Air:
Lokasi budidaya harus berdekatan dengan sumber air yang bersih dan tidak terlalu berlumpur. Air yang tenang lebih disukai oleh belut. - Kualitas Air:
Air yang digunakan harus bebas dari pencemaran limbah atau zat-zat berbahaya lainnya yang dapat merusak lingkungan hidup belut. - Ketersediaan Bibit/Induk:
Lokasi pembesaran sebaiknya dekat dengan sumber bibit atau induk belut. Lebih baik lagi jika kegiatan pembesaran belut dapat terintegrasi dengan pembenihan. - Akses Sarana Produksi:
Lokasi budidaya sebaiknya mudah diakses dan memiliki aksesibilitas yang baik terhadap sarana produksi seperti pakan dan obat-obatan untuk belut.
Persiapan Kolam Belut
Dalam rangka pembenihan belut, persiapan media pembenihan menjadi hal yang sangat penting. Belut membutuhkan lingkungan yang sesuai, terutama lumpur organik yang lembut, nyaman, dan kaya akan oksigen sebagai tempat tinggalnya.
Selain itu, anakan belut memiliki tingkat kerentanan yang tinggi terhadap perubahan lingkungan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan media pembenihan belut meliputi:
- Kualitas Media:
Campuran lumpur dan bahan organik sebagai media harus memiliki mutu yang lebih baik daripada yang digunakan untuk budidaya pembesaran belut. - Fermentasi Media:
Proses fermentasi media harus dilakukan dengan sempurna untuk menghilangkan gas-gas yang dihasilkan selama proses fermentasi. - Kandungan Zat Nutrisi:
Media pembenihan harus kaya akan zat nutrisi yang cukup, karena ini juga berperan dalam pertumbuhan makanan alami bagi belut. - Kualitas Air:
Sumber air yang digunakan harus memiliki kualitas dan kuantitas yang baik, serta kaya akan kandungan oksigen. - Pencegahan Pencemaran:
Kolam pembenihan harus dijaga agar terhindar dari pencemaran, baik itu dari hasil fermentasi media yang belum sempurna maupun dari lingkungan sekitar yang dapat mencemari kolam.
Setelah media siap, belut jantan dan betina ditebar. Kemudian, mereka akan melakukan proses perkawinan secara alami yang menghasilkan anakan belut.
Kolam Perawatan Induk
Kolam perawatan induk adalah kolam khusus yang digunakan untuk menyimpan induk belut. Pada musim kemarau, belut sawah cenderung kurang aktif dalam melakukan aktivitas perkawinan, sehingga induk belut perlu dirawat di kolam khusus.
Di dalam kolam perawatan, belut induk jantan dan betina dipisahkan satu sama lain. Kolam perawatan dapat dibuat dari berbagai bahan seperti bak semen, drum bekas, atau kotak plastik. Ukuran bak semen biasanya berkisar antara 2 x 3 meter atau 2 x 5 meter dengan kedalaman sekitar 100 cm.
Kolam dilengkapi dengan saluran masukan dan pembuangan air. Media yang digunakan dalam kolam perawatan induk bisa sama dengan yang digunakan dalam kolam pembesaran, atau bisa disiapkan secara khusus.
Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan adalah kolam yang digunakan untuk aktivitas perkawinan belut. Kolam pemijahan bisa memiliki berbagai ukuran, mulai dari yang kecil hingga agak besar.
Ukuran kolam pemijahan bisa bervariasi, seperti 1 x 1 meter, 2 x 3 meter, 5 x 5 meter, atau bahkan 10 x 10 meter, dengan kedalaman sekitar 0,8-1 meter. Idealnya, kolam dibangun dengan tembok yang halus dan diplester, termasuk pada bagian dasarnya.
Kolam dilengkapi dengan saluran masukan dan pembuangan air. Saluran pembuangan juga dapat digunakan sebagai jalur keluarnya benih belut.
Persiapan Induk Belut
Pemilihan induk belut merupakan langkah krusial dalam proses pemijahan. Induk yang berkualitas akan menghasilkan keturunan atau anak belut yang banyak dan berkualitas baik.
Kualitas induk belut dapat dikenali dari aspek fisiknya, terutama oleh mereka yang memiliki pengalaman dalam beternak belut. Kriteria kualitas induk yang baik meliputi tingkat kematangan gonad, fekunditas induk, dan frekuensi pemijahan selama periode pemeliharaan.
Namun, tidak semua induk yang dipelihara dapat mencapai kematangan gonad yang optimal.
Perawatan Benih
Pada kegiatan pemeliharaan benih, umumnya tingkat kelangsungan hidup benih lebih tinggi dibandingkan dengan larva pada budidaya perikanan yang serupa, karena benih memiliki daya tahan yang lebih kuat.
Selain kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang benih menjadi tolok ukur keberhasilan dalam pemeliharaan benih. Pertumbuhan panjang benih diukur dari panjang benih setelah pemeliharaan selama periode tertentu.
Pertumbuhan belut pada dasarnya mirip dengan ikan air tawar lainnya. Belut muda memiliki pertumbuhan yang lebih cepat daripada belut dewasa. Pada belut dewasa, pertumbuhan tetap terjadi namun dalam kecepatan yang lebih lambat, dipengaruhi oleh asupan makanan dan aktivitas.
Pemberian pakan pada induk dalam kolam perawatan mirip dengan pemberian pakan pada belut dalam kolam pembesaran. Namun, saat induk betina melakukan pemijahan dan induk jantan menunggu telur menetas, pemberian pakan tidak diperlukan.
Setelah induk jantan menetaskan benih belut dan merawatnya, pemberian pakan dapat dilakukan. Pada tahap larva hingga benih, pakan yang diberikan harus sesuai dengan ukuran mulut belut. Misalnya, pakan dapat berupa kutu air, larva nyamuk, atau keong yang di-blender.
Saat benih belut telah tumbuh lebih besar, variasi pakan dapat diperluas, seperti memberikan hewan mati yang dicincang atau diblender. Jumlah pakan harus disesuaikan dengan berat populasi belut yang dibudidayakan.
Frekuensi pemberian pakan sebaiknya dilakukan sekali sehari, terutama pada sore atau malam hari, sesuai dengan kebiasaan makan belut.
Penutup
Dengan memahami pentingnya persiapan induk dan perawatan benih dalam budidaya belut, semoga teman-teman dapat mengoptimalkan produksi belut secara efisien dan berkualitas. Dengan memperhatikan cara perawatan benih yang tepat, semoga budidaya belut kamu dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan hasil yang memuaskan.
Semoga artikel ini bermanfaat bagi para pelaku usaha budidaya belut dan dapat menjadi panduan yang berguna dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas belut yang dihasilkan.